Saluran Kajian Agama Islam



Senin, 24 Maret 2025

Adab Seorang Murid Terhadap Gurunya Menurut Al-Ghazali

Oleh: Tasripin
Sumber: youtube, @fitriyadisiraj, "Adab murid terhadap guru. kisah Nabi Musa & Hidir, 3 hikmah dibalik 3 peristiwa"
belajar klasikal

Penulis Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad alghazali dalam kitabnya bidayatul Hidayah melanjutkan bagi seorang murid atau pembelajar maka adabnya terhadap gurunya ssebagai berikut: Mendahului dengan penghormatan dan memulai salam memulai kepada guru

1.    Hendalnya seorang murid mengurangi banyak bicara di hadapan gurunya.

Jadi ketika guru sudah datang seorang murid dianjurkan untuk diam dan tidak disibukkan dengan hal yang lain selain focus. Bahkan dalam hal diam ini digambarkan bagaimana orang-orang dahulu seperti seperti Imam Syafi'i . Disebutkan bahwasanya beliau ketika berada di hadapan Imam Malik untuk membuka lembaran kertas.

Seperti yang kita ketahui zaman dahulu kalau belajar mengaji sudah menjadi kebiasaan seorang murid membawa kertas dan pena yang ketika akan menulis dicelupkan terlebih dahulu. Dan ketika gurunya sedang menerangkan apabila muridnya ketika di hadapan guru untuk membuka kertas atau membuka buku saja itu pelan-pelan takut ada suara keresek kresek yang bisa mengganggu konsentrasi gurunya.

Begitulah sdebagian adab orang-orang terdahulu memang luar biasa sehingga belajarnya atau mengajinya biasa saja tetapi karena adab mereka kepada guru sangat tinggi maka mereka mendapatkan keberkahan dari ilmunya karena ‘inamal ilmu bita’allum wal barokah bilkhidmah’ ilmu itu didapatkan dengan belajar dan keberkahan ilmu diperoleh dengan berkhidmah.

2.    Tidak berbicara apapun yang tidak ditanya oleh guru kecuali kalau ditanya atau dipersilakan untuk bertanya atau ditanya.

3.    Tidak bertanya sebelum meminta izin terlebih dahulu seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu setelah ditunjuk baru seorang murid bertanya

4.    Tidak berkomentar dan membandingkan pendapat guru yang lain.

Seperti pernyataan Fulan berkata berbeda dengan pendapat engkau tetapi kata kiai itu mah begini begini begini tapi menurut engkau begini begini, jangan seperti itu.  Apabila  bertanya bertanya saja tidak usah membanding-bandingkan. Apalagi mengadukan untuk dikonfrontir[1] antara gurunya dengan guru yang lain.

5.    Tidak memberikan isyarat berbeda pendapat dengan guru.

Jadi umpamanya gurunya tersebut tidak sesuai dengan pendapat Dia kemudian jangan menyampaikan lalu menunjukkan bahwasanya “saya tidak cocok dengan pendapat beliau atau saya tidak cocok dengan pendapat guru”. Jadi jangan memberikan isyarat berbeda pendapat dengan guru dengan melihat diri sendiri lebih tahu kebenaran daripada guru walaupun mungkin murid lebih dalam atau lebih pintar satu sisi bisa jadi dalam satu sisi murid lebih pintar daripada gurunya .

sampai ketika imam Syafi'i mengaji kepada Imam Malik itu sampai dikatakan ilmunya Imam Malik itu sampai habis karena Imam Syafi'i itu sudah menguasai berbagai ilmu sebelum datang ke Imam Malik tetapi Imam syafii sama sekali tidak menunjukkan pengetahuannya di hadapan Imam Malik, beliau tunduk walaupun beliau pintar minimal sejajar dengan imam malik. Bahkan bisa jadi dalam beberapa hal lebih berilmu tetapi beliau terus mengambil faedah (istifadah) dengan memperbanyak diam.

6.    Kemudian adabnya seorang murid di hadapan quru adalah jangan bertanya kepada teman yang ada di sekitarnya di hadapan gurunya.

misalnya bertanya kepada sampingnya “ini apa sih” tidak usah nanti saja bertanya belakangan.

7.    Kemudian tidak berpaling atau menengok ke samping kiri kanan di hadapan guru

Ketika dihadapan guru seorang murid dianjurkan fokus bahkan dianjurkan kata Imam alghazali “Hendaklah ia duduk dengan menundukkan kepala penuh dengan ketenangan dan penuh dengan adab dan tatakrama seakan-akan ia sedang dalam keadaan salat”. Dan ini dipraktikan oleh ulama-ulama dahulu, oleh santri-santri dahulu oleh pelajar-pelajar dahulu. Sehingga dikabarkan untuk di negara kita dahulu itu kalau secara fasilitas tidak ada fasilitas menulis, digambarkan terkadang para orang tua kita menulis dan belajar konon hanya terdapat sabak sebagai sarana menulis. Yang ketila guru menerangkan lalu para murid menuliskannya disabak dan setelah selesai dihapuslah tulisan yamng ada di sabak tersebut lalu menulis lagi dan dihapus lagi. Jadi bagaimana seorang murid murajaah tetapi mereka pintar-pintar?. Tentunya sangat berbeda dengan zaman saat ini dimana seluruh tulisan dapat dikumpulkan dan disebarkan dengan sangat luas. Berbagai media belajar dan menulis sudah sangat melimpah. Maka hal penting lainya dari ketersediaan ilmu saat ini yaitu  keberkahan dari ilmu tersebut melalui pengetahuan etika dan adab yang tinggi sehingga terhadap seorang oengajar atau guru.

8. Kemudian tidak banyak bertanya ketika guru sedang lelah atau ketika guru sudah kelihatan capek.


[1] KBBI: dipertentangkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar